Posted by: tatty elmir | April 17, 2021

Kabar Dari NTT

KABAR DARI NTT.

Kemarin dulu, sepulang dari kabupaten Malaka, kami turun di sebuah desa terisolir di pinggiran kota Kupang.
Satu-satunya cara untuk bisa mengakses kampung tersebut dengan berjalan kaki. Melewati persawahan dan menyeberang sungai berlumpur yang tak berjembatan. Air yang menjadi andalan kehidupan warga ini tentu keruh dan masih anyir. Aroma bangkai ternak yang tersekat di antara sampah air bah masih tersisa nyata.

Pahamlah diri ini, kenapa anak-anak meminta saya tinggal di mobil saja, karena khawatir “Si relawan termuda” ini, tak kuat berjalan kaki di tanah berbatu tajam selain pematang sawah.

Awalnya saya pikir kedatangan kami kali ini memang cuma ingin menitip logistik kekurangan bantuan hari sebelumnya dari relawan kami beda grup, kepada warga terdampak. Utamanya keperluan bayi dan Ibu.

Namun pada akhirnya kami semua bersyukur bisa langsung mengantarkan ke tangan para penyintas yang hampir seluruhnya hidup menumpang di rumah saudara. Karena rumah mereka sudah rata dengan tanah dihantam banjir bandang. Dan yang disebut rumah tersebut, hanyalah gubuk sederhana di pinggir sawah. Berlantai tanah dan tak berkamar mandi.

Kerongkongan saya tercekat membayangkan, bagaimana keadaan saudara-saudara kita itu malam hari?
Bagaimana mereka bisa tidur beralas tikar lembab di tanah yang bau, dalam keadaan gelap gulita tanpa penerangan, tanpa air bersih pula? 😭

Belum lagi melihat keadaan bayi Katrin yang baru berumur 2 pekan. Saat hujan deras tanpa jeda itu datang, Katrin masih berumur 4 hari.
Dan 3 hari kemudian banjir bandang melanda memporak porandakan semua yang ada di gubuk mereka.

Untung Katrin sempat diraih dan diselamatkan kakak sulungnya. Saat air sudah sedada orang dewasa.

Namun ketika hantaman banjir bandang reda, seluruh kulitnya yang memang kering bersisik sejak lahir itu melepuh dan meruyak. Tangis panjangnya baru reda kalau seluruh bajunya dibuka. Mungkin perih di kulitnya. Tapi bukankah itu lebih tak sehat lagi?

Saya sempat masuk ke dalam gubuk mereka berteduh. Di sana hanya ada wajan yang masih penuh nasi dari beras yang kami antar hari sebelumnya. Tidak.. tidak layak disebut nasi. Itu bubur, karena dimasak dengan air sangat banyak agar bisa menyambung hidup mereka lebih lama 😭

Tak ada peralatan lain di gubuk itu, selain tikar plastik kiriman relawan.. boro-boro kasur atau box bayi yang hangat dan sehat.
Baby Katrin ini memang sejak lahir sudah ditempa alam luar biasa. Ibunya melahirkan sendiri tanpa pertolongan siapapun saat ke jamban.

Kini Jublina Kase Ibu luar biasa itu sudah berhari-hari tidak dapat memicingkan mata, karena Katrin terus menangis.
Matanya merah dan wajah pucat sangat terbaca kurang tidur, kurang istirahat dan pastinya juga kurang asupan gizi yang memadai.

Rasanya kehilangan kosa kata menggambarkan penderitaan Ibu 7 anak tersebut.
Kemarin di tim kami cuma ada bidan karena relawan dokter baru akan ke sana beberapa hari lagi.

Di balik tawa canda saya membesarkan hati warga, sesungguhnya hati saya terpuruk luluh lantak, merasa bodoh, abai, tak berdaya. Karena bingung dengan sumber daya yang sangat terbatas ini, bagaimana bisa menyelamatkan Katrin, Ibunya dan semua warga desa yang menderita itu.

Semoga Allah mengirim tangan-tangan ajaib dan relawan kami dikuatkan untuk silih berganti datang memberi kelapangan. Di saat saya dan banyak relawan lain sudah diwarning alam untuk hibernasi dulu mengumpulkan tenaga baru agar tidak ikut tumbang.

Tatty Elmir, 14 April 2021.

Menjenguk Baby Katrin

Posted by: tatty elmir | October 10, 2020

Rantau Bertuah

INFO BUKU BARU.

Judul : Rantau Bertuah
Penulis : Tatty Elmir
Penerbit : Yayasan Ayo Membaca Indonesia ( AMIND)
Jumlah Halaman 376.
Foto Full Colors.

“Mengamati sosok Reza dan Silvi, terlihat tampilan utuh keliteratan mereka sebagai keluarga Muslim yang kaffah. Sosok keayahbundaan mendampingi pengasuhan dan pendidikan anak-anaknya terlihat menghimpun berbagai dimensi fitrah”.
( Pedagog DR Dewi Utama Faizah).

Buku ini merupakan kisah terlengkap dan ter’update’ dari 2 buku sebelumnya, yang menceritakan kisah juang pasangan WNI DR Reza Abdul Jabbar dan istrinya Silvia Pamudji yang kini menjadi pemilik 5 dairy farm berskalà besar di New Zealand. Dengan segala likaliku yang jauh lebih detail.

Reza merantau sebatangkara sejak masih remaja sebelum berusia 15 tahun. Sedang istrinya Silvia lebih muda lagi, mengikuti langkah ortunya yang diplomat.

Kita akan merasa terkuatkan membaca cerita keseharian mereka yang inspiratif. Baik sepak terjangnya sebagai petani, peternak, investor, perawat alam, tukang mandikan jenazah, penunggang moge, orang tua, pendidik, hingga Imam besar masjid Invercargill dan da’i yang melayani ummat hampir sepanjang waktu.

Buku ini menjawab berbagai kegelisahan Ayah Bunda yang sedang menjalani hari-hari sulit membersamai pendidikan buah hati mereka di tengah kondisi pandemi pelik saat ini.

Buku Rantau Bertuah ini sungguh telah memaknai hijrahnya manusia di semesta bumi Allah dengan semangat jihad yang indah.

Buku yang sarat hikmah dari hijrah ke hijrah sepasang perantau tangguh yang penuh semangat dalam meniti jalan juang di berbagai periode hidupnya.

100% Royalty untuk giat kemanusiaan DTBK FIM.

Selamat Membaca bersama Gerakan Ayo Membaca Indonesia.

Posted by: tatty elmir | September 6, 2020

Taragak, Usai Manggalagak.

Mendadak rindu suasana minggu pagi di Ranah Minang saat kecil dulu…Masjid-masjid riuh rendah dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an nan didaraskan.Atau suara bocah “Good Looking” ehm berlatih adzan dan jadi imam. Setelah kuliah subuh rutin. (Bacanya dengan senyum dikulum ya sambil bilang Assalammualaykum 🤭)

Kami yang disebut anak-anak “Didikan Subuh” itu juga bergiliran berpidato di corong RRI yang kontennya dibuatkan Ayah atau guru mengaji kami untuk berlatih public speaking.

Setelah matahari mulai mencigap, Bapak-bapak bergotong royong membersihkan surau, masjid, jalan umum atau tepian tempat Emak-emak mencuci baju.Siangnya kaum Ibu mengumpulkan nasi bungkus untuk makan kaum Bapak yang bergotong royong itu. Ondeh Maaaak…. lezatnya telor bulek balado, puyu, maco, palai bada, samba lado tanak, balado jariang jo lauk kariang yang bergoler di dalam nasi yang dibungkus daun pisang harum ranum itu.

Gotong royong juga berlanjut saat ada yang menikah, peristiwa kematian bahkan saat panen tiba. Syahdunya bulan terang laras membayang di pelupuk mata. Saat warga kampung bergantian “Mairiak padi” di sawah. Sambil mendengar urang basaluang atau marabab yang kaya cerita berbonus pepatah-petitih yang sarat moral values, meski diselipi humor segar yang bikin semua heboh. Tapi ada saja pesan-pesan kearifan serius yang dihujamkan dengan halus.

Sesusah apapun keadaan kami, sepekan sekali kami tetap menghitung beras untuk yatim dan duafa yang kami tabung di dalam ‘kambuik’ segenggam demi segenggam setiap akan menanak nasi.

Siapapun yang tersesat di kampung kami, apapun warna kulit, rambut dan bentuk hidung serta kelopak matanya, dijamu dengan randang yang selalu tersangai di tungku sebagai makanan cadangan wajib dengan penuh keramahan. Sesuai ulir ragam hias warna-warni tangga rumah gadang kami yang berarti suka cita menanti dan memuliakan tamu yang datang.

Saat akan batagak rumah di tanah pusako, yang akan menikah hingga menentukan guru mengaji baru yang mengelola masjid, dimusyawarahkan keberadaannya dan dibagi jadwal mengantarkan makanannya di samping merembukkan kesejahteraan lain si guru.

Waktu Nenek kami sakit, bergantian saudara beliau orang kampung menunggui Nenek tidur dan bergilir pula ucu-ucu tersayang memasak di dapur.

Di setiap pandam pekuburan tua keluarga, hampir selalu ada tergolek jenazah Angku-angku dan Inyik kami yang tewas syahid berjuang melawan penjajah. Tanpa ada yang menyebut beliau sebagai pahlawan.

Begitu secuil pengalaman di masa kecil kami. Pastinya keadaan masa kecil para pendahulu kami yang telah mendirikan tonggak Bangsa ini, termasuk para tetua yang merumuskan Pancasila dan berbagai sendi berbangsa, tentu cerita mereka jauh lebih seru.

Ah Makin rindu kampung halaman, ketika ada pemimpin yang tak siap memimpin memfitnah kami sebagai masyarakat yang tak menerima Pancasila.

Semoga Yang Maha Kuasa membukakan matahatinya untuk mulai gemar membaca. Termasuk membaca buku sejarah dan alam takambang yang sejak “Saisuak” menjadi guru kami.

Lamat-lamat terdengar di lubuk sanubari lagu “Panggilan Jihad” karya Buya Hamka yang menjadi lagu wajib didikan Subuh

Kami.Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allah Allahu Akbar

Kalam suci menyentuh kalbu berjuang.Maju serentak membela kebenaran.

Untuk negara, bangsa dan kemakmuran.Hukum Allah tegakkan, hukum Allah tegakkan.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allah Allahu Akbar

Putra-putri Islam harapan agama.Majulah serentak genggamkan persatuan, kalam Tuhan.

Mari kita memuji, mari kita memujaMari kita memuji, mari kita memuja

Peganglah persatuan kalam Tuhan.

Kalam suci menyentuh kalbu berjuang.

Maju serentak mencapai kemenangan.

Untuk negara, bangsa dan keadilan.

Panggilan jihad hidupkan, Panggilan jihad hidupkan.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allah Allahu AkbarPemuda-pemudi Islam bangunlahPanggilan jihad rampungkanWasiat Muhammad peganglah

Harta dan jiwa serahkan.

Binalah persatuan, sirnakan perpecahanBinalah persatuan, sirnakan perpecahanPersatuan kalam Tuhan

Kalam Ilahi menuntut persatuan

Perpecahan melumpuhkan kekuatan

Pertikaian menguntungkan musuh Tuhan

Hanya iman tauhid dapat menyatukan.

Tuntutan Agama menjadi tujuan

Panggilan jihad hidupkan, Panggilan jihad hidupkan.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allah Allahu Akbar.

***

Tatty Elmir.(Yang sadang taragak jo kampuang ❤ )

Posted by: tatty elmir | May 23, 2020

Mengenang Tikam Jejak Komunis

FB_IMG_1590212510536Owh tanggal 23 Mei hari ini adalah hari lahirnya PKI ya?

Jadi ingat catatan perjalanan saya menyusuri jejak kekejaman komunis di Cambodia dulu.
Ijin tayang ulang yaa.

Untuk sekedar mengingatkan
Khususnya kepada generasi muda.
Bahwa komunis di Indonesia, sama saja dengan komunis di Cambodia.
Mereka BUKAN korban, melainkan pelaku.

Tentang komunis di Indonesia, lain kali saya share cerita beberapa korban yang dulu pernah saya wawancara.

Sekarang kita simak dulu tikam jejak mereka di Cambodia (Kambodja )

=============

Dulu saya juga pernah berpikir, bahwa kekejaman PKI hanyalah fiksi orba belaka.
Tapi setelah ngobrol banyak dengan alm Jendral Nasution, mendengar sendiri cerita para pelaku, juga korban tentu. Dan termasuk tempat bersejarah sekarang.

Saat menyaksikan dengan mata kepala sendiri 1 dari 300 area pembantaian yang dilakukan komunis dengan sangat keji di Cambodia… saya jadi percaya, dan mengerti. Mengapa orang-orang tua kita sangat trauma dengan komunis.

FB_IMG_1590212477050

 

Di daerah Choueng Ek Cambodia ini, ditemukan 20 ribuan mayat yang kematiannya disiksa sedemikian rupa.
Komunis itu berpikir, membunuh dengan pistol sangat berbiaya tinggi untuk amunisi.
Maka pembunuhanpun mereka lakukan dengan cara yang sangat kejam. Dipalu, dilinggis, dikampak, dijerat rantai, dan ada yang digergaji dengan pelepah pohon palem raksasa yang penuh duri-duri tajam.. Bahkan bayi-bayi mereka banting ke pohon. Dan di pohon itu lengketlah kulit kepala beserta otak dan darah yang berceceran di sana sini. Menurut para ahli forensik, pohon-pohon di sini banyak dilengketi kulit dan otak manusia. Astaghfirullah 😢😢😢 .

FB_IMG_1590212504302

 

Di area pembantaian ini, jika hujan datang, tengkorak, tulang belulang dan gigi-gigi korban banyak menyembul dari tanah. Dan menurut saksi mata, awal-awal masa penemuan, tanah-tanah yang menjadi saksi bisu di sini seperti tukak-tukak bernanah yang menyebarkan bau busuk tak terkira.

Banyak hal yang tak kuasa saya ceritakan, tapi mestinya harus diceritakan. Biar generasi muda paham, betapa bahayanya komunis jika berkuasa.

Saat Rejim Polpot (Khmer Rouge) memasuki Phnompenh th 1975, rakyat Cambodia disiksa sedemikian rupa. Kaum intelektual, pemuka agama dan masyarakat dihabisi.
Orang-orang kota dipaksa bertani. Yang tak performed dibunuh. Hasil panen didakwa sebagai milik negara.
Rakyat dibiarkan kelaparan, dan uang dibelikan Polpot senjata dan barang yang dibutuhkan penguasa ke RRC. Termasuk alat-alat untuk menyiksa rakyat ini.

Tidak sampai 4 tahun Polpot menguasai Cambodia, 2 juta lebih rakyatnya dibunuh dengan sangat kejam.

Semoga generasi muda Indonesia waspada. Kekejian komunis bukanlah sekedar cerita duka. Tapi luka yang sangat dalam bagi jutaan korbannya di seluruh dunia, serta ancaman bagi segenap manusia beragama, berbudaya dan berpikir. Tentu yang masih hidup rasa kemanusiaannya.

Terimakasih Ai Rekha Kautsari Anak Emas Mierza Darsya Putra telah memberi ide membawa saya kemari.

#bahaya #komunis #killingfields #cambodia @ Killing Fields of Choeung Ek, CambodiaFB_IMG_1590212477050

Posted by: tatty elmir | May 13, 2020

Pesona Ronda

 

      Usai makan siang di restoran Al Syam milik orang Syria di tengah kota Malaga, Marko mengajak kami semua berjalan kaki menuju  parkiran mobil yang lumayan jauh. Semua kota besar di dunia saat ini memang tengah menghadapi masalah yang sama soal perparkiran. Kami tertawa ketika si Buyung Mierza berteriak “Asiiiik….kalorinya terbakar lagi”.

20190228_175227Hari sudah pukul  15.25 saat itu. Marko memacu mobil menyisir gunung yang akan membawa kami ke Ronda.  Ronda adalah kota kecil terisolir di puncak gunung. Yang mempunyai nilai  penting dalam sejarah Islam di Al-Andalus.

Kami menyusur pantai mengambil rute E-15, melewati Fuengirola dan  menikmati kemewahan Marbella (baca Marbeya) yang hanya dimiliki artis-artis hollywood dan orang-orang terkaya di dunia. Sebut saja Antonio Banderas dan istrinya Melanie Griffith, Joan Colins, Sean Connery dan sederet nama kondang lainnya.

Marko bilang, perjalanan akan memakan waktu sekitar 1 jam 45 menit, meski jaraknya tidak terlalu jauh, hanya sekitar 100 kilometer. Hanya saja lantaran keadaan jalan yang berbelok-belok, ditambah pemandangan indah yang menggoda kita untuk berhenti.

Seraya menyetir, Marko menunjuk kea rah kiri jurang yang melihatkan pemandangan laut  yang membentang luas. “Di ujung sanalah selat Gibraltar, yang ditaklukkan pasukan Tariq bin Ziyad saat memasuki Spanyol untuk pertama kali. Ucap Marko menunjuk laut yang jauh. Selat Gibraltar terletak antara antara Laut Tengah dan Samudra Atlantik, salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia sejak dulu kala.

Gibraltar terletak di sudut Eropa bagian selatan. Berhadapan  dengan Maroko benua Afrika. Secara geopolitik, selatan Gibraltar ini sangatlah penting, karena tak ada jalan lain untuk kabur  dari gunung besar Gibraltar. Nama Gibraltar berasal dari bahasa Arab ‘Jabal Tāriq’ yang berarti  ‘Gunung Tariq’. Dan Tariq yang dimaksud tentulah  Tariq Ibn Ziyad.

Setiap mendengar nama Tariq Ibn Ziyad, saya selalu terkenang cerita yang melegenda tentang pembakaran kapal yang dilakukan Tariq, agar 300 orang pasukannya tak punya pilihan lain untuk bertahan hidup melawan 100.000 pasukan Raja Roderic. Satu-satunya cara hanyalah bertempur mati-matian, karena tak ada jalan untuk kembali.

Belakangan saya baru tahu, bahwa cerita tersebut diragukan banyak sejarawan Islam. Dan cerita tentang kepahlawanan Tariq Ibn Ziyad itu ternyata begitu banyak versi, tergantung siapa yang menuliskannya. Termasuk tentang jumlah pasukan beliau. Ada yang menyebut 300 dan ada yang mengatakan 600 orang. Dan 7.000 orang versi Encyclopaedia Britannica.

Tapi ada pula yang menyebut, bahwa meski pada awalnya pasukan Tariq berjumlah hanya 300 orang Arab, tapi ditambah  10.000 Berber yang masuk Islam. Lalu saat mereka mendarat di Gibraltar, kembali beroleh bala bantuan sebanyak 7 ribu pasukan kavaleri untuk menghadapi pasukan Raja Roderic  yang berhasil menghimpun kekuatan sebanyak 100 ribu bala tentara.

Sepanjang perjalanan yang penuh liku-liku dan menanjak tersebut, ingatan saya tak lepas dari paristiwa kepahlawanan Tariq Ibn Ziyad.  Saya membayang-bayangkan bagaimana perkasanya si manusia kuat yang awalnya hanya budak itu kemudian dipercaya Raja Musa Ibn Nusayr menjadi jendral perang untuk membantu rakyat yang tertindas, termasuk keturunan Raja Witiza yang meminta pertolongan setelah tahtanya direbut paksa Raja Roderic dari Kerajaan Visigothic.

Cahaya mentari sore dengan kasar menampar wajah saya yang duduk paling kiri di kursi tengah, tak mampu mengusik asiknya menikmati  indahnya pandangan mata. Seraya mengucap MashaAllah atas kemahabesaran Sang Maha Pencipta, diri ini  masih saja diikuti lamunan akan peristiwa sejarah Tariq Ibn Ziyad,  yang sadar atau tidak, karena dialah saya ada di sini. Dan menyaksikan jejak kejayaannya.

Daaaan akhirnya kamipun sampai di Ronda, lebih cepat dari yang diduga. Karena Marko menyetir mobil dengan ngebut, seperti  pemukim yang telah hapal  jalan, lancar jaya di setiap tikungan.. Hingga …hap …hinggap di Ronda.

20190228_173213

 

 

Ronda hanya kota kecil 481.3 km² yang dihuni sekitar 33 ribu penduduk. Berada di pucuk pegunungan di provinsi Malaga Spanyol yang lokasinya sangat dramatik. Mencuat di tubir jurang yang sangat dalam. Ngarai yang sebut masyarakat Spanyol El Tajo ini, tanahnya sudah mengeras seperti batu cadas. Karena itu bisa dimengerti mengapa sepanjang jurang padat dengan gedung-gedung bertingkat dan berjejer seperti tak takut dihoyak gempa.

Saya yang masih trauma, terbawa peristiwa gempa, tsunami dan likuifaksi saat menjadi relawan kemanusiaan di Lombok, Palu, Banten beberapa bulan lalu, selalu bergidik saat memandang, apalagi menginjak kaki di gedung bertingkat. Karena itu antara penasaran dan ngeri, mencoba menyisir pinggir ngarai, mengabadikan keelokannya seraya penasaran, ingin menyigi, seperti apa rupa dasar ngarai dan ingin turun ke sana.

Sesaat setelah diturunkan Marko di bunderan lepas Puente Nuevo, kami bertebaran sesuai rasa kaingin tahuan dan minat. Saya menyisir bagian kiri jembatan yang memisahkan ke dua sisi kota Ronda. Dahulu kala sebelum ada jembatan Puente Nuevo, ke dua sisi kota adalah belahan terpisah antara 2 kekuasaan.  Yang satu adalah kota tua bekas peninggalan Daulah Islam pemerintahan Moor, sedang yang satunya lagi adalah kota baru yang dibangun di abad ke-15 setelah Islam diusir dari kota ini.

Saya berjalan mengitari bibir ngarai. Tapi belum terlalu jauh berjalan sudah ditelepon ponakan saya Nabiel, agar kembali berkumpul 10 menit lagi di tempat kami diturunkan tadi, yakni di alun-alun Plaza Duquesa de Parcent. Jadilah saya berbalik arah Bersama Mierza, Iip dan Eka ke arah  Plaza de Toros,  arena adu banteng yang dibangun abad ke-18 di kota baru. Lokasi ini sangat  legendaris, yang menjadi  salah satu landmark kota yang sangat populer. Waktu kami datang, sedang tidak ada pertunjukan matador. Tapi masih tetap bisa masuk dengan membayar 7 euro.

Orang Hispanik menyebut Ronda dengan nama  “Pueblos blancos Andalucya”, alias desa putih Al-Andalus. Sesungguhnya daerah ini bukanlah daerah yang mudah untuk dicapai. Saya membayangkan bagaimana gigih dan tangguhnya  Bangsa Moors masuk ke pucuk Malaga ini.  Sekarangpun jika tak ada turis betapa sunyinya Ronda. Itu sangat terasa saat kami dibawa Marko melihat pemandangan dari bawah jembatan. Sungguh senyap dan menakutkan. Mungkin istilah sekarang “Tempat jin Buang Anak”.

Di pedesaan bagian bawah Puento Nuevo kami melihat beberapa gereja tua dan perkampungan warga sekitar jembatan. Kata Marko, semua gereja tua di sini dulunya adalah masjid yang beralih fungsi. Saya langsung terbayang peristiwa di saat masyarakat Islam dikejar-kejar dan diintimidasi di daerah ini. Barang siapa yang ketahuan melakukan ibadah shalat akan langsung dipenggal.

Setiap hari Jumat, semua rumah tidak boleh sedikitpun menutup pintunya, agar tantara katolik bisa dengan leluasa melihat siapa yang melakukan ibadah shalat Jumat. Dan rumah siapa yang dipakai untuk shalat. Karena masjid-masjid sudah mereka hancurkan, atau dialih fungsikan menjadi gereja. Bahkan pernah suatu ketika mereka membantai semua penduduk kampung karena ketahuan ada beberapa warganya bepergian jauh. Setelah semua orang dewasa dibunuh, maka mereka mengambil semua anak-anak balita dan bayi, untuk diasuh di sebuah panti asuhan dan menjadikan mereka sebagai Katolik.

Dari beberapa literatur dan sumber info yang menceritakan tentang Ronda, saya beroleh pengetahuan, bahwa sebelum dihuni oleh masyarakat Islam, sesungguhnya Ronda adalah kota tua  yang kehadiran manusia tertuanya berasal dari zaman Neolitik dan Zaman Tembaga awal (milenium V – IV Sebelum Masehi) dengan pemukiman musiman yang terletak di distrik La Ciudad  alias Kota Tua saat ini.

Kehadiran manusia purba di daerah ini juga dibuktikan dengan peninggalan  situs gua. Yang paling terkenal di antara ini adalah Gua Pileta yang sisa guratan tangannya menjadi salah satu contoh terbaik seni gua Paleolitik di Andalusia.

Sebelum Islam masuk, 20 kilo dari kota Ronda, sesungguhnya adalah sisa reruntuhan kota Acinipo yang dibangun di zaman Romawi dan konon dulu diresmikan oleh Julius Caesar pada abad pertama Masehi.

Ketika manusia telah melupakan reruntuhan Acinipo, lalu Bangsa Moors masuk ke daerah ini dengan menyebutnya  dalam Bahasa Arab “Izna-Rand-Onda”, yang akhirnya disebut singkat “Ronda”.

Saat ini meski tak ada lagi komunitas Muslim yang tersisa di Ronda, tapi masih bisa sekedar bernostalgia dengan  memasuki kota melalui Puente Arabe, dan pulang  melalui Puerte de la Cijara yang sekarang sudah tua.  Selain itu kita juga masih bisa menyaksikan gerbang Almacobar, yakni gerbang kota terbesar dan terlindung.

Nama Almacobar diambil dari pemakaman Arab yang bernama Al-Maqabir yang berdiri di bagian kota ini. Gerbang Almocabar menghadap Gibraltar dan laut dan akan menjadi titik masuk utama bagi kebanyakan orang.

Selain gerbang Arab, satu lagi aroma Islam yang tersisa adalah Hamam. Alias tempat pemandian ala Arab yang dibangun pada akhir abad ke-13. Saat itu Pemerintahan masih dipegang Raja Abomelik atau Abdul Malik.  Di hamam ini konon masih dipertahankan kuali besar untuk memanaskan air. Ventilasi berbentuk bintang di atap ala-ala istana Alhambra konon juga masih asli dan dijaga dalam kondisi baik.

Sebetulnya saya ingin sekali turun ke desa pertanian dan peternakan yang terlihat jelas dari atas ngarai petak paddocknya. Ah, saya membatin dalam hati, suatu saat  jika ada rejeki  ke Ronda lagi, saya ingin menginap di kota tua ini, dan siapa tahu juga bisa menjajal kereta api dari Malaga, yang waktu tempuhnya 2 jam.

Banyak turis yang mengatakan bahwa pilihan terbaik adalah kereta langsung yang ditawarkan oleh layanan kereta nasional Spanyol, Renfe, yang harganya € 14,50 sekali jalan, atau dengan harga khusus. Tiket pulang-pergi dibanderol seharga € 24. Kereta ini berangkat setiap hari dari stasiun María Zambrano di Malaga pada pukul 10:05 pagi. dan tiba di Ronda dua jam kemudian. Atau jika sedang roadtrip, jalur ini konon jalur favorit turis yang hendak menuju kota Seville.

Kemaren saat kami pulang dari Ronda, kami melewati rute yang berbeda dengan jalan di waktu pergi. Pulangnya kami melewati perkebunan zaitun dan jeruk yang teramat panjang, dan sempat turun membeli langsung jeruk manis dari petani. Dan seumur hidup, inilah jeruk termanis yang saya pernah nikmati. MasyaAllah

Sayang sekali kami tidak sempat melongok Istana Mondragon yang terkenal indah dan dibangun pada tahun 1314 oleh Raja Moor Abomelik. Istana ini konon juga pernah dipilih  sebagai tempat tinggal utama untuk Ratu Isabella dan Raja Ferdinand.

 

 

20190228_173228

 

 

 

 

 

 

Posted by: tatty elmir | May 2, 2020

Hardiknas

SETIAP HARI
SETIAP KITA
ADALAH MURID BARU
SETIAP SUDUT BUMI ADALAH BUKU

Menurut DR Reza Abdul Jabbar;
Tolok ukur kesuksesan Pendidikan itu bukan pada gelar dan harta yang banyak, tapi bisa mengantarkan anak-anak bertauhid lurus sampai mati.

Hal ini sejalan dengan mukadimah Ibnu Khaldun yang menyebutkan:

“Pendidikan al Qur’an merupakan fondasi seluruh kurikulum pendidikan di dunia Islam, karena al Qur’an merupakan syi’ar agama yang mampu menguatkan akidah dan mengokohkan keimanan ”

Selamat merenungkan #HariPendidikanNasional.

 

 

Posted by: tatty elmir | April 29, 2020

Ikhlas Memberi Ikhlas Menerima

Keikhlasan memberi itu, tercermin saat melakukannya. Apakah memuliakan ataukah menghinakan yang menerima.

Pembelajaran dan moral values apa yang diwariskan kepada generasi muda saat pemimpun negerinya memberi dengan cara melemparkan pemberian untuk dhuafa ?

Atau kelompok orang kaya memberi stempel “NASI ANJING” di bungkus nasi untuk orang miskin?
😭😭😭

BANDINGKAN YANG SERIUS MEMBERI DHUAFA DENGAN KASIH DAN YANG MENGHINA.20200428_204115

Posted by: tatty elmir | April 19, 2020

Dari Fitnah Menjadi Hidayah

IMG-20190315-WA0042

 

 

Pernah mendengar nama Arnoud Van Doorn kan ya? Yup. Politisi Belanda, mantan petinggi partai untuk kebebasan PVV yang dikenal rasis dan anti Islam. Ia  disorot dunia karena membuat film FITNA yang isinya benar-benar fitnah untuk Islam dan Rasulullah pada tahun 2008.

Film pendek yang dipublikasikan lewat internet ini hanya berdurasi 17 menit. Tapi telah membuat geger dunia dan memicu sejumlah demonstrasi massal di berbagai negara. Termasuk di Indonesia. Film tersebut mengumbar berbagai fitnah tentang  tentang Islam. Di antaranya Islam digambarkan sebagai agama yang mempromosikan tentang kekerasan, penindasan terhadap perempuan dan terorisme. Beberapa ayat di dalam Al-Quran sengaja dipilih untuk dikait-kaitkan dengan  kekerasan. Bahkan  Rasulullah Muhammad SAW digambarkan sedang menaruh bom di atas kepalanya.

Awalnya saya juga sempat berpikir memang Arnoudlah biang dibalik film ini.  Tapi belakangan saya paham, produser utamanya adalah Geert Wilders pemimpin Dutch  Freedom Party   PVV. Sedang Arnoud sang wakil, hanya bertugas sebagai co produser yang bertanggung jawab untuk penyebaran film tersebut.

Kemaren sebelum berangkat ke Eropa, kami membuat janji dengan Liesbeth Hofman, aktivis lingkungan,  istrinya yang sudah lama menjadi kawan FB saya. Dan rupanya pertemanan di FB cukup ampuh menautkan orang-orang yang tadinya tak dikenal, namun kemudian bisa menjadi sahabat. Semua lantaran di FB terbaca profil dan track record perjalanan hidup seseorang, apa kegemarannya, dan seperti apa aktivitas dan komunitasnya. Dan begitu mudah mendeteksi mereka yang menyamarkan diri, atau itu akun palsu.

IMG-20190223-WA0044

Bersama Liesbeth

Nah…awalnya saat mau mencari tempat bersua, Liesbeth menanyakan saya nginap di mana. Dan begitu ia tahu saya menginap di rumah adik kami  Erita Marko Lubeek , Liesbeth langsung pede bilang, bahwa ia juga mengenal baik Erita dan Marko,   bahkan sudah seperti saudara. Dia bilang kangen ingin ketemu. Setelah menyampaikan begitu ke Rita, Ritanya langsung mengusulkan ketemuannya  di restoran milik Rita Salero Minang atau di rumah saja yang lebih santai. Dan memang Erita adalah makhluk penyuka tamu. Karena meyakini ajaran Islam, bahwa kehadiran tamu di rumah, adalah pembuang sial dan pendatang rizki. Maka sibuklah Rita menyiapkan sajian.

Arnoud, Liesbeth dan 3 orang anaknya datang ke rumah keluarga Marko Lubeek sesaat setelah waktu shalat Ashar tiba. Dan kami baru bisa ngobrol ngalor -ngidul setelah Arnoud meminta ijin untuk shalat berjamaah dengan anak-anaknya.

Setelah sekian jam beramah tamah, berdiskusi tentang banyak hal, saya menangkap, sikap Arnoud tidak jauh dari yang saya duga. Kawan bicara yang hangat, menyenangkan, karena berpengetahuan luas, dan teguh memegang prinsip. “Malah  menurut saya ia tergolong keras menegakkan prinsip”, begitu pendapat Marko.

Ceritanya, setelah membuat film Fitna dan mendapat tantangan hebat berupa demo-demo massal dari kalangan ummat Islam sedunia, kemudian beberapa kenalannya menantang Arnoud, agar anggota Dewan Kota Hague itu datang ke masjid, berguru kepada Sang Imam,  mencari tahu tentang Islam dari orang Islam yang mengerti Islam. Bukan dari mengandalkan  referensi semata. Apalagi kalau cuma dari asumsi-asumsi mereka yang tidak punya ilmu tentang Islam.

Awalnya Arnoud keberatan datang ke masjid mencari tokoh yang dimaksud. Arnoud bersikeras tidak akan pernah mengunjungi tempat yang dianggap mengerikan dan pemuka-pemuka agama itu pasti jahat, sadis, radikal. “Saya berpikir itu tempat setan dan saya akan dibunuh kalau masuk ke sana “, kenang Arnoud geli. Namun di sisi lain, ia jadi penasaran, untuk membuktikan kebenaran anggapannya itu.

Dan Arnoud akhirnya dengan was-was, tetap jadi berkunjung ke masjid dan mencari Sang Imam yang dimaksud. Rencananya hanya kunjungan 5 menit, sekedar mengikuti rasa penasaran dan sekaligus menjawab tantangan kawannya yang Muslim tentang kebenaran pengetahuannya selama ini. Tibalah akhirnya Doorn di masjid yang besar, di sana dia sangat terkejut, karena orang-orang menyambutnya dengan ramah dan kental nuansa persaudaraan.

Arnoud merasa malu dengan prasangka selama ini. Imam yang ia cari ternyata bermata teduh bersahabat, bukan algojo yang ia bayangkan. Menurut Arnoud, peristiwa tersebut menjadi sejarah yang mengaduk-aduk perasaan dan pikirannya.  Ia merasakan ketulusan sang Imam. Arnoud tak menyangka, setelah sekian banyak sikap jahat yang ia dan partainya lakukan, ternyata ia masih diterima dengan penuh kemuliaan.

Pertemuan yang awalnya ia reka hanya sesaat menjadi ruang belajar dengan durasi panjang yang sangat membekas dan bikin galau hebat. Setelah itu Arnoud berusaha keras melupakan ingatannya akan masjid dan ajaran Islam yang penuh kedamaian. Arnoud kembali mengambil ancang-ancang perlawanan. Ia bahkan berusaha menanamkan ide di kepalanya, bahwa ia harus melawan benih simpati yang mulai tumbuh itu. Dengan mensugesti diri sendiri bahwa ia telah dibrainwashing. Bahwa Imam tersebut telah menggiring kesadarannya. Dan ia harus menghentikan kegilaan itu.

Semakian keras Arnoud melawan rasa kelekatan, ternyata semakin  ingin ia mempelajari lebih dalam. Pertemuan pertama yang mendiskusikan tentang Rasul Muhammad SAW, tentang Al-Quran, tentang sunnah dan segala sesuatu tentang Islam telah menghantui pikirannya dalam tanya yang tak terjawab sendiri. Puncak penasaran kembali membawa langkahnya ke masjid.

Butuh satu tahun lebih untuk Arnoud mengkaji Islam lebih dalam dan intensif. Setelah itu dengan pede anggota Dewan Kota Hague tersebut  menghentak jagad raya dengan ngetwit kalimat syahadat, keyakinan barunya, awal 2013.

Meski Arnoud menyadari kekeliruannya pasca heboh “Fitna”, namun ia tak pernah menyesali jalan hidupnya yang pernah menjadi musuh Islam. Menurut Arnoud, semua telah digariskan Yang Maha Kuasa. Ia meyakini semua takdir yang ditentukan Allah, pastinya yang terbaik untuk kita. Dan ia mengira, keterlibatannya menjadi wakil pimpinan PVV, bisa jadi adalah jalan Allah baginya untuk bisa mengenal Islam seterang-terangnya.

Pemahaman baru Arnoud tentang Islam telah melabuhkan pendapatnya, bahwa pandangan negatif Barat terhadap agama Islam, lebih banyak didasarkan atas prasangka akibat ketidaktahuan.

Arnoud merasa tantangannya berhijrah dari sisi kapasitas pemahaman, tidak terlalu sulit. Karena ia punya dasar ilmu agama Kristen, yang menurut Arnoud mempermudah ia memahami Islam dan mengejawantahkan nilai-nilai Islam dalam dirinya.   Menurut Arnoud, karena dulunya ia seorang penganut Kristen, maka tidak sulit  baginya mentransfer moral values yang tidak jauh beda.  “Akan lebih mudah orang Kristen menjadi Islam ketimbang Atheis”, imbuhnya.

Pasca bersyahadat, Arnoud kemudian memutuskan keluar dari partai PVV, yang dipimpin sohibnya Wilders, dan maju ke pemilihan anggota ke Dewan Kota Den Haag dari jalur independen. Lalu Arnoud menunaikan ibadah haji ke Baitullah dan menumpahkan segala rasa dan taubatnya. Bahkan setelah
usai menunaikan ibadah haji, Arnoud kembali berbalik ke Madinah, mengunjungi pusara Rasulullah.

Jejak Arnould bersyahadat, kemudian diikuti putra angkatnya tertua, Iskander Amien De Vries,  pada tahun 2014. Dan pada bulan Oktober 2018, sohibnya Joram van Klaveren , anggota PVV juga diberitakan masuk Islam.  Joram  memutuskan bersyahadat justru saat menulis buku yang juga berbau anti Islam.

Iskander anak Arnoud, dan juga anggota keluarga serta karib kerabatnya mengatakan, bahwa Arnoud terlihat lebih tenang setelah berIslam. Barangkali ini juga bersebab dari rumah tangganya yang rukun. Arnoud,  menikahi Liesbeth, janda beranak 2 yang telah lebih dulu bersyahadat, dan merasa punya banyak kesamaan dalam cita-cita dan idealisme.

Lewat kami penyuka rendang Padang itu  berpesan kepada para pemuda Islam se Indonesia, agar tetap percaya atas keyakinan kita. Tidak perlu minder dalam menaati syariat Islam. Tidak perlu malu menggunakan hijab bagi kaum perempuan. Kabarkan Islam dengan damai ke seluruh penjuru,dan terus berprestasi dalam bidang masing-masing serta selalu bersungguh-sungguh memperjuangkan apapun kebenaran yang diyakini.

Kini  presiden Yayasan Dakwah Eropa dan Kanada kelahiran 18 Maret 1966 itu, berniat menghapus kesalahannya atas film fitna, dengan membuat film baru berjudul The Truth. Kita doakan mimpi suami tercinta Liesbeth ini menjadi kenyataan.

 

IMG-20190223-WA0042

Posted by: tatty elmir | March 24, 2020

Kia Kaha Semua

20200416_060638

Saya jadi akrab dengan kata Kia Kaha sejak peristiwa penembakan jamaah masjid An Nur dan Linwood, dalam peristiwa berdarah 15 Maret 2019 tahun lalu di kota Christchurch, pulau selatan New Zealand.

Pasca teror tersebut, warga dunia jadi akrab dengan kata Kia Kaha yang berasal dari bahasa Maori yang artinya “Stay Strong”.

Saya baru saja pulang dari lawatan 40 hari ke New Zealand (lagi), saat wabah Corona menghantam dunia.

Tak menyangka ternyata New Zealand negeri tenang aman damai sentosa ternyata kena juga. Dan Indonesia yang tadinya sangat nyaring kepedean meneriakkan tidak ada korban, mendadak menjadi peringkat pertama death rank di dunia.

Ya Allah..

Apakah ini tanda-tanda akan berakhirnya dunia.

Yang pasti saya sama sekali belum ketemu anak cucu yang tidak serumah.

Sayapun menyingkir menyendiri di kamar terpisah, tidak ikut shalat jamaah juga makan bareng di meja makan dengan anggota keluarga lainnya.

Tetiba teringat ucapan saudara-saudara Maori saya saat di NZ kemaren. Kia Kaha semuaaa.

Semoga kita bisa melewati ini semua.

Patuhi aturan physical distancing, selalu makan/minum bergizi, dan berserah pada takdir Allah.

Jikapun perjalanan hidup berakhir di sini, semoga terjadi saat kita sedang beribadah kepadaNYA dan husnul khatimah.

Mohon maaf lahir bathin ya sanak.

Kia Kaha semuaaa

 

Posted by: tatty elmir | May 25, 2019

Recuerdos De la Alhambra

Nak,

Ini bukan tentang canggihnya petikan gitar dalam gubahan klasik yang diracik tehnik tremolo yang menghanyutkan itu.

Mari dengarkan cerita Ibu….

***

Sore itu menjelang Maghrib datang, saya termangu di depan masjid raya Granada Spanyol nan sederhana.

Di kiri tatap mata saya, searah jarum jam di angka sebelas, Sierra Nevada mengintip sayu berlumur salju, memantulkan cahaya yang melemah ditimpa mentari senja nan kuyu.
Dia selalu begitu.
Bertahun-tahun…berabad-abad menjadi saksi bisu.
Tentang kekuatan dan kelemahan.
Tentang kekejaman dan kebijaksanaan
Tentang kekuasaan yang dipergilirkan.
Tentang sejarah yang diputar balikkan.

Di seberang lembah, istana Alhambra masih berdiri gagah di antara rintihan maut ke maut yang menguasai kecongkakan mahkota yang direbut.

Saya tak habis pikir, bagaimana 8 abad kejayaan Islam habis raib. Dan kini tinggal cerita lara yang tak dipeduli kaum muda.
Apalagi ingin mengambil hikmah yang tersisa.

Saya membayangkan bagaimana suasana hati Abu Abdillah Muhammad Ash-Shagir dari Bani Al-Ahmar saat menyerahkan kekuasaan yang diamanahkan kepadanya turun temurun dari nenek moyangnya.
Dalam sekejap mata harus diserahkan kepada si rakus Ferdinand dan Isabella yang licik luar biasa.

Saya tak tahu, apakah bukit di kiri saya ini merupakan bukit tempat Aisyah Al-Hurrah ibunda Shagir Sang Raja terakhir itu berdiri membentak anaknya; “Kini kau menangis seperti seorang perempuan, padahal kau tak pernah melakukan perlawanan layaknya seorang lelaki sejati”.

Bayangkan 8 abad Al Andalus berjaya.
Lihatlah jejak peradaban yang ditinggalkannya di Sevilla, Cordoba, Granada, Malaga, dan sebagainya.
Saat itu Cordoba bahkan jadi pusat peradaban Eropa. Semua ilmu pengetahuan dan teknologi Eropa berkiblat ke sana.
Istana-istana, benteng-benteng, situs purbakala, pustaka-pustaka, masjid-masjid dan gereja, beserta gedung-gedung tua bercita selera tinggi adalah salah satu bukti yang tak terbantahkan.

Lalu bandingkan
Dengan Republik Indonesia yang baru berusia menjelang 74 tahun.

Siapa bilang mustahil Indonesia akan punah?
Bukankah itu kepedean atau memang nalar dan hati sudah tak berfungsi?

Mari belajar dari kehancuran Al Andalus yang dulu sesungguhnya sudah diduga dan dirisaukan para pemimpin Islam di Ottoman.

Alam selalu memberikan tanda-tanda sebelum bencana datang.

Dan itu juga terlihat di bumi pertiwi ini kini.
Negeri yang baru berumur setampuk jagung dan belum ada apa-apanya jika dibanding dengan kejayaan Andalus.

Andalus hancur karena generasi mudanya tak peduli politik, mabuk dalam gemerlap dunia, sibuk membangun fisik tapi lupa mengokohkan MENTAL dan SPIRITUAL. Maksiat yang dianggap biasa, pengkhianat dan penjarah dipuja-puja, dan menjauh dari ibadah yang menghimpun segenap kebajikan.

Nak menangislah kini karena LELAH dalam kerja keras dan istirahat yang tak seberapa.

Nak menangislah kini saat kuping kita masih peka mendengar rintihan lapar kaum tak berpunya di saat kita makan kenyang dalam pesta pora.

Nak menangislah kini saat masih bisa melihat keadilan dan kebenaran diperjualbelikan atas nama kekuasaan.

Nak..menangislah kalian saat ini karena begitu beratnya melawan godaan untuk taat beribadah dan hanya tunduk pada kebenaran dan Allah semata.

INGAT
JANGAN sampai nanti baru menangis saat tanah airmu dirampok orang.

Menangislah kini…
Jangan tunggu saat kekalahan itu tiba nanti.

Jangan ulangi ratapan cengeng Abu Abdillah Ash Shagir.

Karena tangis penyesalan
selalu terlambat, dan terasa sangat menyakitkan.

Tatty Elmir
Granada Maret 2019

 

Image may contain: sky and outdoor

Older Posts »

Categories