Posted by: tatty elmir | September 6, 2020

Taragak, Usai Manggalagak.

Mendadak rindu suasana minggu pagi di Ranah Minang saat kecil dulu…Masjid-masjid riuh rendah dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an nan didaraskan.Atau suara bocah “Good Looking” ehm berlatih adzan dan jadi imam. Setelah kuliah subuh rutin. (Bacanya dengan senyum dikulum ya sambil bilang Assalammualaykum 🤭)

Kami yang disebut anak-anak “Didikan Subuh” itu juga bergiliran berpidato di corong RRI yang kontennya dibuatkan Ayah atau guru mengaji kami untuk berlatih public speaking.

Setelah matahari mulai mencigap, Bapak-bapak bergotong royong membersihkan surau, masjid, jalan umum atau tepian tempat Emak-emak mencuci baju.Siangnya kaum Ibu mengumpulkan nasi bungkus untuk makan kaum Bapak yang bergotong royong itu. Ondeh Maaaak…. lezatnya telor bulek balado, puyu, maco, palai bada, samba lado tanak, balado jariang jo lauk kariang yang bergoler di dalam nasi yang dibungkus daun pisang harum ranum itu.

Gotong royong juga berlanjut saat ada yang menikah, peristiwa kematian bahkan saat panen tiba. Syahdunya bulan terang laras membayang di pelupuk mata. Saat warga kampung bergantian “Mairiak padi” di sawah. Sambil mendengar urang basaluang atau marabab yang kaya cerita berbonus pepatah-petitih yang sarat moral values, meski diselipi humor segar yang bikin semua heboh. Tapi ada saja pesan-pesan kearifan serius yang dihujamkan dengan halus.

Sesusah apapun keadaan kami, sepekan sekali kami tetap menghitung beras untuk yatim dan duafa yang kami tabung di dalam ‘kambuik’ segenggam demi segenggam setiap akan menanak nasi.

Siapapun yang tersesat di kampung kami, apapun warna kulit, rambut dan bentuk hidung serta kelopak matanya, dijamu dengan randang yang selalu tersangai di tungku sebagai makanan cadangan wajib dengan penuh keramahan. Sesuai ulir ragam hias warna-warni tangga rumah gadang kami yang berarti suka cita menanti dan memuliakan tamu yang datang.

Saat akan batagak rumah di tanah pusako, yang akan menikah hingga menentukan guru mengaji baru yang mengelola masjid, dimusyawarahkan keberadaannya dan dibagi jadwal mengantarkan makanannya di samping merembukkan kesejahteraan lain si guru.

Waktu Nenek kami sakit, bergantian saudara beliau orang kampung menunggui Nenek tidur dan bergilir pula ucu-ucu tersayang memasak di dapur.

Di setiap pandam pekuburan tua keluarga, hampir selalu ada tergolek jenazah Angku-angku dan Inyik kami yang tewas syahid berjuang melawan penjajah. Tanpa ada yang menyebut beliau sebagai pahlawan.

Begitu secuil pengalaman di masa kecil kami. Pastinya keadaan masa kecil para pendahulu kami yang telah mendirikan tonggak Bangsa ini, termasuk para tetua yang merumuskan Pancasila dan berbagai sendi berbangsa, tentu cerita mereka jauh lebih seru.

Ah Makin rindu kampung halaman, ketika ada pemimpin yang tak siap memimpin memfitnah kami sebagai masyarakat yang tak menerima Pancasila.

Semoga Yang Maha Kuasa membukakan matahatinya untuk mulai gemar membaca. Termasuk membaca buku sejarah dan alam takambang yang sejak “Saisuak” menjadi guru kami.

Lamat-lamat terdengar di lubuk sanubari lagu “Panggilan Jihad” karya Buya Hamka yang menjadi lagu wajib didikan Subuh

Kami.Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allah Allahu Akbar

Kalam suci menyentuh kalbu berjuang.Maju serentak membela kebenaran.

Untuk negara, bangsa dan kemakmuran.Hukum Allah tegakkan, hukum Allah tegakkan.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allah Allahu Akbar

Putra-putri Islam harapan agama.Majulah serentak genggamkan persatuan, kalam Tuhan.

Mari kita memuji, mari kita memujaMari kita memuji, mari kita memuja

Peganglah persatuan kalam Tuhan.

Kalam suci menyentuh kalbu berjuang.

Maju serentak mencapai kemenangan.

Untuk negara, bangsa dan keadilan.

Panggilan jihad hidupkan, Panggilan jihad hidupkan.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allah Allahu AkbarPemuda-pemudi Islam bangunlahPanggilan jihad rampungkanWasiat Muhammad peganglah

Harta dan jiwa serahkan.

Binalah persatuan, sirnakan perpecahanBinalah persatuan, sirnakan perpecahanPersatuan kalam Tuhan

Kalam Ilahi menuntut persatuan

Perpecahan melumpuhkan kekuatan

Pertikaian menguntungkan musuh Tuhan

Hanya iman tauhid dapat menyatukan.

Tuntutan Agama menjadi tujuan

Panggilan jihad hidupkan, Panggilan jihad hidupkan.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allah Allahu Akbar.

***

Tatty Elmir.(Yang sadang taragak jo kampuang ❤ )


Responses

  1. Masya Allah tabarakallah, semoga bunda tatty sehat selalu. Aamiin


Leave a comment

Categories